Direktur Eksekutif CERI Yusri Usman. foto/ist
URBANNEWS.ID - Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman mengungkapkan ada kejanggalan yang timbul di publik atas pernyataan Roberth Marchelino, Region Manager Com, Rel & CSR Pertamina Kilang Balikpapan soal biaya produksi HSD dan Pertamina Dex.
"Kalau benar kata Roberth Marchelino, Region Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Kilang Balikpapan, bahwa biaya produksi HSD 50 (Euro 4) dengan Pertamina Dex dan HSD (Euro 2), yang dijual oleh Patra Niaga untuk kebutuhan konsumen dalam negeri itu biayanya sama, maka timbul pertanyaan mengapa dengan kualitas hanya Euro 2 untuk BBM Pertamina Dex dan HSD untuk kebutuhan konsumen dalam negeri dijual sangat mahal," kata Yusri kepada urbannews.id, Kamis (10/9/2020).
Dikatakan Yusri, harga Pertamina Dex dan HSD dijual Pertamina kualitas euro 2 lebih mahal di dalam negeri dibanding harga jual ekspor Solar (HSD) euro 4 ke Malaysia, meskipun harga dasar itu sudah ditambah nilai konstanta Rp 2.000 per liter dan ditambah margin untuk Pertamina.
"Karena di dalam konstanta itu sudah dimasukan semua biaya-biaya, yaitu biaya pengolahaan, penyimpanan, ditribusi, susut dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor, maka kejanggalan hal inilah yang harus dijelaskan manajemen Pertamina ke publik," beber Yusri.
Ironisnya, lanjut Yusri, mengapa Pertamina di semester satu bisa merugi sampai dengan Rp 11, 13 triliun, sementara Pertamina tidak pernah menurunkan harga BBM seperak pun di SPBU meskipun ketika harga minyak sangat rendah sejak April hingga akhir Mei, yaitu terendah selama 43 tahun terakhir.
"Adalah bohong besar alasan Pertamina rugi karena alasan nilai tukar pada Maret agak tinggi dan penurunan konsumsi BBM mencapai 25%, karena kemahalan jual harga BBM Pertamina di SPBU sejak April hingga Juni bisa dikatakan rata-rata kemahalan 50% di atas kewajaran sesuai Kepmen ESDM Nomor 62K," ulas Yusri.
Menurut Yusri, harus diingat bahwa PSBB yang dilakukan di tempat kita boleh dikatakan PSBB ecek-ecek. "Karena masih banyak kendaraan beroperasi, beda dengan Malaysia yang melakukan lockdown ketat dan harga BBM di SPBU disesuaikan setiap minggunya, namun Petronas masih bisa mencetak laba di semester satu," kata Yusri.
Oleh karena itu, kata Yusri, DPR RI Komisi VI dan Komisi VII tidak perlu kaget dengan perbedaan harga jual bahan bakar minyak oleh Pertamina untuk konsumen dalam negeri dan harga ekspor. DPR bisa meminta BPK RI melakukan audit investigasi terhadap biaya pokok produksi semua kilang Pertamina untuk dibuka ke publik.
"Jangan sampai ketidakefisienan proses bisnis di Pertamina, tapi rakyat yang menanggungnya lewat harga BBM yang mahal tak wajar," ujar Yusri.(hen)
PADA Februari 2019 Pertamina telah menandatangani perjanjian jual beli (sale and purchase agreement, SPA) dengan Anadarko Petroleum Corporation untuk pembelian…
URBANNEWS.ID – Program Telkomsel Innovation Center (Tinc) kembali membuka kesempatan bagi seluruh talenta unggul di bidang teknologi digital dari seluruh…
URBANNEWS.ID - Kaburnya lima terpidana kasus penipuan jual beli Vila Bali Rich di Ubud Bali yang telah menimbulkan kerugian moral…
PELANGGARAN HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,…
URBANNEWS.ID - MG baru saja mencetak tonggak sejarah baru dalam kiprahnya membangun bisnis di Indonesia. Dalam waktu kurang dari 6…
URBANNEWS.ID - Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) mengapresiasi Program Pemerintah berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk masyarakat terdampak pandemi…