Sombong Menteri ESDM dan Kepala SKK Migas Targetkan Produksi Minyak 1 Juta Barel, Ternyata Target Produksi Tahun 2021 Hanya 705.000 Barel

oleh
80F9C6E7 B771 4D0F 8EB4 5C1F6A59C2BB
Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman.

URBANNEWS.ID – Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman menyayangkan terus anjloknya produksi Minyak dalam negeri dalam beberapa kurun waktu lima terakhir. Hal itu ia ungkapkan menyusul pernyataan SKK Migas yang hanya menargetkan hanya 705 ribu BOPD pada tahun 2021.

“Aduh hancur kali lah sudah sektor energi kita saat ini, jangankan janji Menteri ESDM dan Kepala SKK Migas mampu dan bisa meningkat produksinya, ternyata dalam kurun lima tahun terakhir saja sudah turun produksinya dari 813.000 BOPD pada tahun 2014, dan ternyata pada tahun 2020 hanya sekitar 700.000 BOPD.

Namun narasi yang dibangun di media akan menargetkan 1 juta barel pada tahun 2030, padahal mereka saja belum pasti juga masih sebagai pejabat, seharusnya buat target itu yang realistis sesuai kemapuan dan faktanya sekarang belum ada satupun ditemukan cadangan migas dalam jumlah besar dari hasil eksplorasi lima tahun terakhir ini, jadi pertanyaanya adalah, ini semakin hebat atau semankin sontoloyo? Coba buatlah tergat sampai tahun 2024 berapa bisa mereka tingkatkan? Jangan-jangan bisa turun lagi produksinya,” ungkap Yusri.

Terpisah, pengamat Migas, Elan Biantoro mengemukakan, kita mesti bisa membedakan antara target, cita-cita dan mimpi. “Kalau target, tentunya sudah ada hitung-hitungan yang hampir pasti, dengan tingkat uncertainty yang rendah. Kita tahu untuk meningkatkan lifting migas, khususnya minyak bumi, ada banyak faktor yang harus dihadapi. Lapangan tua yang sudah kandungan airnya semakin meningkat, decline production dari lapangan-lapangan eksisting yang terus berlangsung secara alamiah, termasuk andalan produksi kita di Banyu Urip Cepu dan Blok Rokan yang pastinya 10 tahun ke depan (2030), tidak akan se-perkasa saat ini dan sehebat saat masa puncak produksinya,” beber Elan.

Baca Juga  Antisipasi Dampak Negatif Wabah Corona ke UKM, Menteri Teten Siapkan Delapan Program Khusus

Menurut Elan, semua penurunan produksi ini harus diganti oleh penemuan-penemuan cadangan baru yang signifikan jumlahnya atau Giant Fields. Sementara sampai saat ini belum ada penemuan Giant Fields minyak yang didapatkan.

“Padahal untuk mengembangkan Giant Field butuh waktu 5-7 tahun untuk mencapai peak production sejak pengembangannya (referensi tertakhir Lapangan Banyu Urip). Harapan lain untuk mendongkrak produksi adalah melalui EOR (pengalaman Duri), sejauh ini program pilot EOR belum ada yang riil menunjukkan dalam waktu dekat bisa direalisasikamn dalam bentuk massive EOR execution,” beber Elan.

Dikatakan Elan, road map untuk mendapatkan 1 juta BBL/hari belum terlihat dengan jelas. “Jadi apakah hal ini bisa disebut target, atau cita-cita yang terkabulnya belum bisa ditetapkan waktunya, atau mimpi yang hanya bisa menjadi nyata dalam dongeng dan fiksi saja.

Baca Juga  Taspen dan Asabri Sebaiknya Fokus pada Amanat UU BPJS

“Upaya-upaya memang sudah dilakukan, namun kelihatannya belum mengarah kepada strategi yang jitu untuk mencapai target. Kita perlu melihat pengalaman beberapa negara yang berhasil melakukan perubahan signifikan dalam pengelolaan sumberdaya migas seperti halnya yang dilakukan oleh Mesir dan Mexico. Dan yang penting urusan hulu migas ini jangan diperlakukan dengan prinsip ‘coba-coba’ serta dipegang bukan oleh ahlinya, serta dipimpin oleh orang yang mempunyai leadership yang tidak mumpuni,” papar Elan.

“Maka jika hal demikian yang terjadi, kita tinggal menunggu kehancurannya. Semoga ini hanya kekhawatiran saya saja yang terlalu berlebihan. Mohon maaf jika kurang berkenan,” tutup Elan.

Sementara itu dilansir kontan.co.id pada 17 Desember 2020, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menetapkan realisasi lifting tahun 2021 dapat di atas 705.000 barel minyak per hari (BOPD) untuk minyak dan 5.638 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas.

Baca Juga  Saya Tolak Darurat Sipil!

Penetapan ini sejalan dengan hasil Work, Program & Budget (WP&B) 2021 yang ditetapkan SKK Migas. Selain itu, rencana agresif ini diklaim untuk mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas 12 milyar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto dalam rapat kerja SKK Migas 2020 yang diselenggarakan secara virtual di Jakarta, Kamis (17/12/2020) mengatakan, rencana kerja yang agresif ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya penurunan produksi di 2021 dan sebagai landasan untuk meningkatkan produksi menuju target 2030.

“Penetapan target yang lebih tinggi diusahakan oleh SKK Migas, untuk memacu usaha-usaha peningkatan produksi yang lebih maksimal,” kata Dwi dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (17/12/2020).

Dwi menambahkan, target dan penetapan program kerja pada WP&B merupakan komitmen bersama antara SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Tentang Penulis: Hengki Seprihadi

Gambar Gravatar
Professional Journalist

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.