SUARA hatiku yang timbul dari pengalamanku sebagai anak Melayu ini hanya semata-mata terpanggil hati nurani ini, demi negeri dan anak cucu dimasa yang akan datang.
Tulisan ini terinspirasi dalam perjalananku, balek ke kampung halamanku Riau dari Australia menuju Singapura mendampingi suami pada FIP Congress International di Brisbane Australia.
Kerisauan hati melihat negeri orang begitu majunya dan provinsi tetangga lebih maju dalam fasilitas publik, dalam kondisi Riau yang kaya akan SDA, yang aku rasakan kembali ke titik nol tahun 1999 sebelum otonomi dan memoriku kembali fresh untuk berbagi pengalaman.
Ketika menjadi Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Riau, saya baru menyadari, betapa beratnya perjuangan para UMKM kita. Mulai dari mendapatkan akses permodalan, meningkatkan kualitas produk, meningkatkan daya saing, pemasaran, packaging, izin edar, izin POM, izin kesehatan, sertifikat Halal dan lain sebagainya.
Untuk itu saya sangaat ingin meningkatkan kemudahan bagi UMKM, meningkatkan kesejahteraan UMKM dengan menggaet semua program-program yang ada di pusat melalui dana APBN untuk membangun Riau, melalui institusi yang diamanahkan kepada saya.
Alhamdulillah ketka saya satu hari baru dilantik jadi Kepala Dinas Perdagangan Kopersi dan UKM Riau, setelah done menjadi Direktur Utama RSUD Arifin Achmad selama 6 tahun, Kepala Dinas Lingkungan Hidup selama 2,5 tahun dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama setengah tahun, saya ketemu dengan bapak deputi yang membidangi Diklat di Kementerian Koperasi dan UKM.
Saya seolah tak percaya, ternyata selama ini anggaran APBN untuk Pelatihan Koperasi dan UKM Riau hanya untuk satu atau dua angkatan saja, padahal kita sangat membutuhkan dana yang besar untuk meningkatkan koperasi dan UKM naik kelas yang memiliki daya saing yang tinggi, sehingga perekonomian masyarakat meningkat. Koperasi dan UMKM harus dilatih dan ditingkatkan wawasannya, apalagi kita tau jumlahnya sangat besar.
Dengan bermohon dan melampirkan data-data yang valid dan menyampaikan apa adanya kondisi Riau kepada Kementrian Koperasi melalui bapak Deputi, Alhamdulillah Kementrian Koperasi mengabulkan permohonan dari Riau, 25 kali lipat yaitu menjadi 25 angkatan per tahun.
Sehingga untuk tahun berikutnya sampai dengan saat ini, Riau mendapat dana untuk Diklat yang bersumber dari sumber dana Anggaran APBN dari Kementrian Koperasi dan UKM sebanyak 25 angkatan.
Ternyata Pusat juga paham bila kita meminta dan mengajukan anggaran APBN sungguh-sungguh kepada mereka, dengan justifikasi dan dilengkapi dengan data yang benar dan lengkap, maka pemerintahan pusat inshaallah pasti mau membantu.
Itulah salah satu tugas seorang pejabat eselon II, bukan jadi pejabat karena kedekatan atau karena balas budi lalu setelah jadi pejabat eselon II duduk-duduk manis, petantang petenteng, atau bergaya modis dan lain sebagainya tanpa usaha dan membuat inovasi serta membangun strategi untuk mengembangkan institusinya.
Kita sebagai pejabat eselon II yang memimpin badan, dinas atau biro harus cerdas dalam berfikir, bersikap dan bertindak, karna nasib masyarakat sangat tergantung kepada integritas, capabilitas dan abilitas kita dalam menjalankan program kegiatan.
Anda harus cerdas dan menyadari bahwa jalan yang benar untuk mengambil hati pimpinan atau untuk mempertahankan jabatan bukan dengan hal-hal yang dalam tanda kutip ambil muka, sogok-sogokan, sikut sana sini dan lain sebagainya. Tetapu bekerjalah profesional dengan integritas yang tinggi memiliki visi dan inovasi serta strategi untuk kebaikan dan kepentingan masyarakat, karna kita adalah pelayan masyarakat.
Bila kita memiliki inovasi dan strategi dalam menjalankan tugas, maka kita akan mampu membuktikan kalau kita ada dan diperlukan oleh masyarakat. Akhirnya apa yang kita lakukan dapat meningkatkan kinerja gubernur, dengan demikian kita sudah membantu dan mensuport gubernur, sehingga masyarakat merasakan senang dan cinta kepada gubernurnya dan terakhir sekali adalah popularitas gubernur meningkat di mata masyarakat.
Sebaliknya, bila anda tidak bekerja sesuai Tupoksi dan tidak sukses, maka nama gubernur lah yang akan buruk citranya di masyarakat, karna eselon II adalah pembantu gubernur dalam menjalankan program dan kegiatan untuk mencapai visi dan misi gubernur.
Oleh sebab itu saya katakan, bila ada kepala daerah yg menempatkan seseorang eselon II hanya karna kedekatan, balas budi, ketakutan, serta lain-lain tanpa melihat integritas, kapabilitas dan abilitas dan yang paling menyedihkan lagi, tanpa melihat jenjang karir ASN, sehingga jenjang karir tidak jelas, ASN yang pintar-pintar sudah berkorban untuk sekolah S2 dan S3 demi membangun daerahnya tidak dimanfaatkan pemikirannya, malah dianggap menjadi penghalang terutama orang-orang memiliki integritas tinggi dibuang begitu saja seperti membuang sampah di tepi jalan begitu saja.
Seorang pemimpin harus memahami secara manusiawi dan menyadari betapa perbutannya akan dipertanggungjawabkan nanti di kemudian hari, karena di balik orang-orang yang memiliki integritas tinggi dibuang itu ada istri-istri yang baik, ada anak-anak yang pintar yang sedang bersekolah membutuhkan dana, yang dididik oleh orang tua mereka dengan memiliki integritas. Generasi ini yang akan menggantikan kita-kita untuk membangun negri ini di mada yang akan datang.
Wahai pemimpin, anda tega meluluh lantakkan tatanan-tatanan yang sudah diperjuangkan dengan baik, seharusnya yang sudah baik diteruskan dan yang kurang diperbaiki, karna setiap manusia tidak ada yang sempurna.
Semua itu diluluh lantakkan oleh ego kemaruk, keserakahan akan kekuasaan, kekayaan, kepopuleran, dan tidak menyadari ada Allah tuhan yang maha kuasa, maha adil dan tidak menyadari bahwa apa yang kita miliki semua itu hanya sementara yang akan kita pertanggungjawabkan di kemudian hari, tetapi sudah menghancurkan masa depan negeri ini, maka berarti kepala daerah ini bukan cerdas, bukan orang yang faham dengan ajaran agamanya, bukan orang yang akan membela kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi kepala daerah yang hanya mementingkan diri sendiri dan bagaimana mempertahankan atau melanggengkan jabatan pada periode berikutnya saja. Maka kata bertemu kita dengan peribahasa Melayu, alamatlah kapal, alamat lah kapal akan tenggeelam.
Pemimpin seperti ini akan membohongi hati kecilnya mencari statament pembenaran untuk mencampakkan staf-staf yang berintegritas dengan bahasa Melayu, die tu tak pandai keje dan dengan tanpa beban moral sebagai pemimpin yang harusnya bersikap adil, mencampakkan seperti sampah ke selokan di tepi jalan orang-orang yang berintegritas dan berdedikasi.
Adakah hal ini yang kita rasakan pada saat ini terjadi di bumi Melayu yang kita cintai? Maka masyarakat dan ASN lah yang menilai dan merasakannya.
Coba kita bandingkan Riau dalam dua hal dengan provinsi tetangga.
Pertama, soal jalan. Jalan di Riau bolong-lobang, hujan sedikit sudah banjir. Bila kita lewat darat ke provinsi lain, sedih dan malu kita karena begitu perbatasan dengan Jambi, terasa jalan mulus tidak seperti Riau.
Begitu masuk perbatasan Sumbar, jalanan bedelau, begitu masuk perbatasan Sumut maka kita dapati jalan super mulus. Itu kah kepala daerah yang memperhatikan infrastruktur?
Kedua, soa sungai. Kita memiliki sungai yang terkenal, semasa saya SD ingat betul saya bahwa sungai terdalam di Indonesia adalah Sungai Siak yang telah memiliki histori yang bagus untuk diceritakan dan dijual bila menjajadi Icon wisata Riau.
Kita patut bangga dan salut pada Bapak Arwin sebagai Bupati Siak pertama, yang telah berhasil membangun Siak dari nol, memiliki visi dan misi ke depan, sehingga membuat master plan Kabupaten Siak degan sedemikian rupa dan sudah membangun water front City yang sangat indah dan tak kalah dengan water front city di negara tetangga, bahkan mungkin dalam beberapa hal lebih baik.
Untuk tingkat provinsi, dulu mulai zaman Bapak Saleh Djasid sebagai Gubernur dan dilanjutkan masa Bapak Rusli Zainal, sebenarnya sudah ada didengungkan water front city. Kita perlu cek apakah sudah ada master plan yang gunanya adalah bagaimana kita mensyukuri nikmat Allah tersebut dengan menjaga sungai dengan baik supaya dapat menjadi kemaslahatan untuk masyarakat, dengan menata pinggiran sungai, rumah-rumah menghadap sungai sehingga kita pemerintah dapat mengedukasi masyarakat untuk berprilaku sehat dan bersih, tidak membuang limbah langsung ke sungai dan sungai dapat menjadi tempat wisata dan alat tranportasi yang nyaman. Multiplier effectnya, masyarakat tempatan akan sejahtera karena UMKM bisa memiliki ruang untuk berusaha.
Kembali lagi saya sharing, bahwa kita sebagai seorang Pejabat Eselon II harus menyadari, menjadi pejabat itu adalah amanah yang diberikan kepada kita tentu dengan pasti akan kita pertanggungjawabkan di yaumil akhir nanti.
Saya ingin berbagi pengalaman pada adik-adik calon-calon pejabat dan pemimpin bahwa setelah kita pensiun kita kembali menjadi masyarkat biasa. Sesungguhnya adalah kita mengalami kurang, kurang dan kurang yaitu kurang kerjaan, kurang penghasilan karna tunjangan tidak ada lagi, kurang power dan lain sebagainya. Pokoknya kurang, kurang semua, karena satu persatu akan diambil oleh Allah.
Pada titik itulah kita merenung apakah yang kita lakukan di masa lalu sebagai pejabat sudahkah kita lakukan on the tract mengikuti jalan Allah? Apakah kita selama memiliki jabatan kurang memperhatikan kepentingan masyarakat, rumah tangga, keluarga, pegawai-pegawai kita, terus otak dan pikiran ini mengevaluasi. Pasti banyak kurangnya, karena manusia tidak ada yang sempurna, yang sempurna hanyalah Allah.
Lalu kita bertekat menutupi kekurangan-kekurangan tersebut dengan mencari strategi untuk bersyukur dan bahagia, dan selalu merasa cukup dengan kekurangan tadi, karena dengan bersyukur dan bahagia kita menjadi sehat dan kuat, sehingga kita dapat meningkatkan amal ibadah yang membuat batin kita tenang dan merasa bahagia di masa pensiun, bahagia dengan apa yang sudah kita miliki dan tidak perlu memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi lagi. Maka Allah akan mendatangkan rezeki tak terduga.
Yang saya rasakan kebahagiaan terbesar adalah kalau kita tau dan merasakan dengan lubuk hati yang sangat dalam bila orang-orang yang dulu ketika memiliki jabatan di sekitar kita, yang pernah kita kenal, staf, mitra kerja, tetangga, sahabat dan lainnya, tetap sayang dan respek pada kita. Itulah kebahagian terbesar, harta dan yang lainnya tidak begitu penting, cukup untuk sisa umur dijalani dengan bahagia, berkah, meningkatkan amal ibadah hingga kita kembali ke Yaumil Akhir diharapkan khusnul khotimah.
Untuk mencapai perasaan bahagia itu, dapat kita capai bila kita selama menjadi pimpinan, melakukan inovasi dengan melaksanakan strategi yang mantap, bekerja dengan integritas tinggi, profesional, bekerja dengan mengikuti aturan yang berlaku, tidak kemarok duit apalagi duit tak halal. Tidak memaksa staf memberi setoran, selalu mengayomi dan meningkatkan kinerja, staf mengerjakan pekerjaan dengan suka cita dan bangga memiliki kita sebagai pemimpinnya.
Walaupun itu semua tidak mudah, tetapi yakinlah pada Allah, dengan tekat yang kuat, ikhlas dan berdoa, InsyaAllah pasti diberi Allah jalan seperti air mengalir.
Adik-adikku, para eselon II Riau, ayo bangkit bangun negeri, Do the best, make Strategy and Inovation in our institution the finaly what we did for Public Welfare.
Ilmu ini saya dapat ketika ikut Training di Singapore Competing Throught Productivity and quality. Jadi SDM harus bersaing melalui produk and kualitas, bukan karna yang lain-lain.
Selalu terngiang kata-kata Gubernur Riau Rusli Zainal, ayo pejabat Eselon II Riau, kita harus berjuang meraih APBN untuk membangun negeri, kalau perlu buat tenda depan departemen masing-masing. Bila hanya mengharapkan dana APBD tidak akan cukup untuk mengejar ketertinggalan Riau. Cari APBN, bila hanya APBD sama dengan saudara menangguk ikan dalam kuali.
Bahkan untuk Kemenerian Perdagangan, pada saat saya menjabat sebagai Kepala Dinas kadis Perdagangan Koperasi dan UKM Riau sebetulnya pusat sudah mengapresiasi Pemda Riau dengan menunjuk Riau, yang sebelumnya ditunjuk Kepri khususnya Batam, sebagai Koordinator Business Center yang tugasnya mengkoordinir seluruh provinsi-provinsi di Indonesia dalam rangka meningkatkan ekspor terutama produk UKM. Tapi sayang, kebiasaan kita para penerus tidak tertarik untuk meneruskan sesuatu yang sudah baik dan diperjuangkan serta dilaksanakan oleh pejabat sebelumnya. Sehingga Propinsi Riau sebagai Koordinator Business Center Indonesia menjadi redup, senyap dan hilang ditelan bumi begitu saja. Sedih.
Padahal pada 2019 akhir, saya masih menjalankan tugas tersebut dengan menghadiri undangan yang ditugaskan oleh Kementrian Perdagangan agar dapat mempelajari bagaimana mengadakan suatu event internasional yaitu pameran internasional perdagangan, karena Riau sebagai Koordinator Bussiness Center Indonesia, dan pameran berikutnya direncanakan akan diadakan di Indonesia yaitu di Riau.
Karena merasa bertanggung jawab atas amanah yang diberikan kepada saya, sebagai Kadis Perdagangan Koperasi dan UKM Propinsi Riau, saya berangkat ke Ho Cho Minh dengan menggunakan Uang Pribadi (TPP).
Sesampai di Ho Chi Miny terobatlah hati ini, karena saya dijemput bak tamu negara oleh Atase Perdagangan Indonesia untuk Vietnam.
Pada saat itu saya diterima oleh Konjen Indonesia untuk vietnam di Ho Chi Minh sebagai utusan Indonesia dan dijamu makan malam bersama serta dipertemukan dengan Kadin Vietnam, Atase Perdagangan Indonesia untuk Vietnam dan pengusaha-pengusaha Indonesia yang ada di Vietnam di kediaman Bapak Konjen Indonesia untuk Vietnam di Ho Cho Minh dalam rangka persiapan pameran internasional perdagangan yang akan dipersiapkan untuk direncanakan diadakan di Riau.
Saya berfikir itu semua opportunity untuk UMKM Indonesia terkhusus Riau dalam rangka meningkatkan Daya Saing dan eksport Indonesia terutama produk-produk UKM.
Walaupun Pemimpin saat itu sangat tidak mensuport saya atau tidak merasa penting tugas yang diberikan Kementrian Perdagangan tersebut, padahal itu nyata dampaknya untuk kesejahteraan masyarakat Riau, terutama para UMKM.
Bagi saya event ini sangat penting untuk masyarakat dan marwah Riau. Bayangkan saja, bila pameran internasional itu terlaksana maka nanti akan datang ke Riau para pengusaha dari negara-begara lain dan tentunya dari propinsi se Indonesia.
Iven ini akan memberikan kesempatan bagi UMKM kita untuk melihat-lihat produk-produk UKM luar neegeri atau propinsi lain, sehingga UMKM kita mendapat wawasan, dapat mencontoh sesuatu hal yang baik, sehingga dengan demikian akan meningkatkan wawasan dan pengetahuan, serta daya saing UMKM kita di Riau.
Dengan terlaksananya Pameran Internasonal di Riau, hotel-hotel akan penuh, restoran-restoran akan ramai, oleh-oleh yang diproduksi UMKM kita pasti banyak laku diborong oleh tamu yang hadir datang ke Riau. Semua itu adalah multiplier effect dari ivent tersebut.
Untuk menghadiri undangan atau perintah tugas dari Kementrian Perdagangan untuk Riau tersebut, saya pergi ke Vietnam menggunakan uang pribadi, dan saya melaporkan dan menyampaikan pada pimpinan bahwa, saya sebaiknya pergi menghadiri undangan tersebut. Pada saat itu pimpinan mengatakan tidak ada anggaran perjalanan dinas untuk kegiatan luar negri tersebut, tetapi walaupun kata pimpinan tidak ada anggaran perjalanan dinas, saya bermohon, tolong saya diberi surat tugas oleh gubernur, agar pemerintah pusat taunya kegiatan didukung pemimpin daerah.
Saya tidak mempermasalahkan diberi anggaran perjalanan dinas atau bukan. Meskipun saya mengetahui bahwa sebenarnya anggaran untuk luar negeri di APBD Riau sangat banyak tersedia.
Semua ini saya lakukan karena kecintaan saya kepada negara saya, kampung halaman saya dan harus menjaga marwah Riau. Sangat tidak elok bila kita sudah dipercaya oleh Pemerintah Pusat (Kementrian Perdagangan & Kemenko Ekuin) lalu ditugaskan untuk menghadiri Pemeran Internasional dengan tujuan supaya ada gambaran untuk pameran internasional berikutnya di Riau, sebagai provinsi yang diamanahkan sebagai Koordinator Bussiness Center Indonesia, semua usaha itu kini sia-sia lantaran tak ada yg concern mengurus business center dan sampai saat ini, senyap.
Gambaran ini adalag contoh nyata betapa kita miris bagaimana suistainability oleh para pejabat tidak berjalan sebagaimana diharapkan masyarakat untuk kesejahteraaannya.
Ini gambaran nyata lagi, ketika saya menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau, program Wisata Mangrove sangat bertumbuhan semua bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal agar tidak melalukan Karhutla. Contoh gambaran ini ada di Dumai. Pada saat itu wisata mangrove dumai sangat diminati bahkan bule juga datang ke sana. Bahkan bahkan yang punya juga dibina membuat batik bermotif mangrove.
Namun beberapa bulan lalu saya kesana, sangat menyedihkan. Tempat itu hanya tinggal nama. Tidak ada perhatian pemerintah dan swasta melalui dana CSR. Tempat itu menjadi, sepi, mati, tinggal kenangan.
Saya masyarakat biasa punya cita-cita dan impian untuk negriku Riau tercinta.***
Pekanbaru, 1 Oktober 2023
Dra. Yulwiriati Moesa, Apt MSi
Pensiunan ASN Riau dan tidak dari partai manapun serta netral
